Rabu, 23 September 2009

Profil Jekjen PBB



Ban Ki-moon (반기문 Hanja 潘基文; Ban Gimun pelafalan IPA: [pan.gi.mun) (lahir 13 Juni 1944 di Eumseong, Chungcheong Utara, Korea) adalah seorang diplomat Korea Selatan dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa saat ini. Ia menggantikan Kofi Annan yang telah menyelesaikan masa jabatannya pada 1 Januari 2007.
Ban pernah menjabat menteri urusan luar negeri Republik Korea pada periode Januari 2004-1 November 2006. Pada 13 Oktober 2006, ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa yang kedelapan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa dan dilantik pada 14 Desember 2006.

Pendidikan :
Ban memperoleh gelar sarjananya dalam Hubungan Internasional dari Universitas Nasional Seoul pada tahun 1970 dan memperoleh gelar Master of Public Administration dari John F. Kennedy School of Government di Universitas Harvard pada 1985.

Pribadi :
Ban Ki-moon menikah dan mempunyai seorang anak lelaki dan dua anak perempuan. Selain berbahasa Korea sebagai bahasa asalnya, ia juga mampu berbahasa Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman. Akan tetapi, kemampuannya berbahasa Perancis, bahasa yang disyaratkan oleh Perancis sebagai bahasa yang wajib dikuasai oleh Sekretaris Jendral PBB. Ketika masih bersekolah lanjutan atas di awal tahun 1960-an, Ban bertemu dengan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy di Washington D.C. setelah memenangkan kompetisi bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Palang Merah Amerika Serikat. Menurutnya, peristiwa itulah yang mengilhaminya untuk menjadi seorang diplomat.

Karier :
Ban mulai bergabung dengan Kementrian Luar Negeri Korea Selatan pada Mei 1970 dan meniti kariernya ke atas selama masa Konstitusi Yusin. Penempatannya yang pertama di luar negeri adalah di New Delhi, India, kemudian menempati pos di Divisi Perserikatan Bangsa-bangsa di markas besar Kementrian Luar Negeri. Pada masa pembunuhan Park Chung Hee, ia diangkat sebagai Sekretaris Pertama pada Misi Pengamat Tetap Republik Korea di PBB di New York (Korea Selatan baru menjadi anggota tetap PBB pada 17 September 1991)). Kemudian ia menduduki pos Direktur Divisi PBB. Ia pernah ditempatkan dua kali di Kedutaan Besar Korea di Washington D.C.. Di antara kedua penempatannya ini, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal untuk Urusan Amerika pada 1990-1992. Ia kemudian dipromosikan menjadi Wakil Menteri untuk Perencanaan Kebijakan dan Organisasi Internasional pada 1995. Kemudian ia diangkat menjadi Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden pada 1996, dan menjabat sebagai Wakil Menteri pada 2000. Penempatannya yang paling terakhir adalah sebagai Penasihat Kebijakan Luar Negeri untuk Presiden Roh Moo-hyun.

Ketika menjadi Duta Besar untuk Austria, ia terpilih sebagai Ketua Komisi Persiapan bagi Organisasi Perjanjian Pelarangan Uji-coba Nuklir yang Menyeluruh (CTBTO PrepCom) pada 1999. Ketika tiba giliran Korea menjabat sebagai ketua Sesi ke-56 dari Sidang Umum PBB pada 2001, ia bertugas sebagai Chef de Cabinet dari Ketua Sidang Umum. Ban aktif terlibat dalam soal-soal yang terkait dengan hubungan dengan Korea Utara. Pada 1992, ia bertugas sebagai Wakil Ketua Komisi Pengendali Nuklir Gabungan Selatan-Utara, setelah diterimanya oleh Korea Selatan dan Korea Utara Pernyataan Bersama untuk de-Nuklirisasi Semenanjung Korea. Pada September 2005, sebagai Menteri Luar Negeri, ia memainkan peranan penting dalam usaha-usaha diplomatik untuk mengadopsi Pernyataan Bersama dalm memecahkan masalah nuklir Korea Utara pada Putaran Keempat dari Perundingan Enam Pihak yang diselenggarakan di Beijing, Tiongkok.


Pencalonan sebagai Sekjen PBB :
Pada Februari 2006, Ban menyatakan pencalonannya untuk menggantikan Kofi Annan sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada akhir 2006. Ini adalah kali pertama seorang Korea Selatan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan tersebut.
Ban menduduki tempat teratas pada setiap kali pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada 24 Juli, 14 September, dan 28 September. Dalam pengumpulan pendapat kedua, ia memperoleh 14 suara "yang menggembirakan" dan 1 suara "yang mengecewakan". The Australian melaporkan bahwa satu suara yang mengecewakan itu berasal dari Qatar, yang menyiratkan bahwa Ban mendapatkan dukungan dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak untuk memveto kandidat. Pada pengumpulan pendapat ketiga, Ban memperoleh 13 suara yang menggembirakan, satu suara yeng mengecewakan, dan satu suara “tidak ada pendapat”. Tidak jelas apakah ke-13 pendukungnya kali ini mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan.

Pengumpulan pendapat keempat dilangsungkan pada 2 Oktober. Pengumpulan suara kali ini diberi kode warna untuk membedakan antara suara anggota tetap dan yang tidak tetap. Pada 9 Oktober, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006.


Penghargaan :
Ban dua kali memperoleh penghargaan Bintang Jasa pada tahun 1975 dan 1986 dari Pemerintah Republik Korea. Atas keberhasilannya sebagai duta besar, ia memperoleh Bintang Kehormatan Besar dari Republik Austria pada 2001. Setahun kemudian, pemerintah Brasil menganugerahi Salib Agung Rio Branco kepadanya. Pada September 2005, Masyarakat Korea di New York menganugerahkan kepadanya Penghargaaan Van Fleet atas sumbangannya untuk persahabatan AS-Republik Korea.

Salam...
By. KOKODA

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by KOKODA